KUKAR, LINGKARKALTIM: Embung Desa Perangat Selatan, Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar) bukan lagi sekadar penampungan air. Pemerintah desa setempat menyiapkan kawasan ini menjadi destinasi terpadu yang menggabungkan wisata alam, edukasi, dan pelestarian budaya multietnis.
Kepala Desa Perangat Selatan, Sarkono, mengatakan kawasan embung kini telah dilengkapi fasilitas pendukung seperti toilet, gazebo, serta ruko untuk UMKM. Tak lama lagi, embung juga akan memiliki perpustakaan desa yang dibangun Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kukar.
“Karena di desa sudah ada SD, SMP, dan SMA, kami ingin embung menjadi ruang belajar luar kelas. Anak-anak bisa belajar sambil menikmati suasana alam,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Selain menjadi ruang edukasi, embung juga disiapkan sebagai pintu masuk pengembangan Kampung Adat. Konsep ini bertujuan merangkul keberagaman etnis di Perangat Selatan mulai dari Jawa, Madura, Sulawesi, Lombok, Banjar, Kutai, hingga Dayak dalam satu kawasan budaya yang hidup berdampingan.
“Keberagaman ini adalah kekuatan kami. Lewat Kampung Adat, kami ingin menghadirkan ruang ekspresi budaya dan kreasi bersama,” tambah Sarkono.
Untuk memperkuat pengelolaan wisata, pemerintah desa telah mengajukan pendampingan teknis ke Dinas Pariwisata Kukar, termasuk pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
BUMDes direncanakan menjadi pengelola utama kawasan embung, dengan wahana rekreasi seperti sepeda air untuk menarik lebih banyak pengunjung. Menurut Sarkono, pengelolaan oleh BUMDes penting agar manfaat ekonomi kembali langsung ke warga.
“Luas embung memungkinkan untuk wisata air, dan BUMDes akan mengelolanya supaya perputaran uang tetap di desa,” katanya.
Dengan kombinasi wisata alam, pusat edukasi, dan ruang pelestarian budaya, Embung Desa Perangat Selatan diharapkan menjadi ikon baru desa yang memberi manfaat ekonomi, sosial, sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat pesisir Kukar.(IDN/ADV)










