KUKAR, LINGKARKALTIM: Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjalin kerja sama dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Tenggarong untuk meningkatkan keterampilan warga binaan di bidang pertanian. Kolaborasi ini menjadi bagian dari upaya pemberdayaan sumber daya manusia agar warga binaan memiliki bekal produktif saat kembali ke masyarakat.
Plt. Sekretaris Distanak Kukar, Muhammad Rifani, mengatakan kerja sama tersebut mencakup berbagai pelatihan teknis pertanian modern, termasuk budidaya tanaman pangan, teknik pemupukan yang baik, hingga pemanfaatan teknologi hidroponik.
“Melalui kerja sama ini, kami ingin memberikan pelatihan yang aplikatif seperti budidaya tanaman pangan, penggunaan pupuk yang benar, serta pemilihan benih unggul. Harapannya, mereka memahami cara bercocok tanam yang baik dan hasilnya bisa lebih produktif,” ujar Rifani pada Rabu (15/10/2025).
Ia menjelaskan, pelatihan tersebut juga bertujuan memperkenalkan sistem pertanian modern yang lebih efisien dibandingkan cara-cara tradisional yang selama ini umum dilakukan. Distanak ingin mendorong warga binaan agar mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi pertanian yang terus berkembang.
“Kalau selama ini pola bertaninya masih tradisional, maka kita ingin modernisasi, termasuk mengenalkan metode hidroponik. Jadi tidak hanya teori, tapi juga praktik agar mereka betul-betul memahami penerapannya,” jelasnya.
Rifani menambahkan, kerja sama serupa sebelumnya juga pernah dilakukan, namun kini diperkuat kembali agar dampaknya lebih luas. Distanak Kukar bahkan berkomitmen memperbarui Perjanjian Kerja Sama (PKS) setiap tahun untuk menjaga keberlanjutan program tersebut.
“Kami terbuka bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Lapas, sepanjang tujuannya untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Prinsipnya, kami siap berkontribusi di bidang yang menjadi kompetensi kami,” tegasnya.
Ia tidak menampik adanya tantangan dalam pelaksanaan pelatihan, terutama terkait pola pikir warga binaan terhadap dunia pertanian. Menurutnya, sebagian dari mereka masih menganggap bahwa bertani tidak menjanjikan keuntungan ekonomi.
“Tantangan utamanya adalah mengubah mindset. Masih ada pandangan bahwa pertanian tidak menghasilkan uang, padahal kalau dijalankan dengan benar, bertani bisa sangat menjanjikan,” ungkapnya.
Rifani berharap, pelatihan ini dapat membuka pandangan baru warga binaan bahwa sektor pertanian memiliki peluang ekonomi yang besar. Dengan keterampilan yang diperoleh, mereka diharapkan mampu mandiri dan produktif setelah menyelesaikan masa pembinaan.
“Kami ingin mereka keluar nanti dengan bekal keterampilan yang nyata, bisa membuka peluang usaha, dan menjadi bagian dari penggerak ekonomi di masyarakat,” tutupnya. (WAN/ADV)