KUKAR, LINGKARKALTIM: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus memantau perkembangan pembangunan pabrik pengolahan rumput laut di Kecamatan Muara Badak.
Saat ini, progres pembangunan pabrik tersebut telah mencapai sekitar 90 persen dan tengah memasuki tahap penyelesaian akhir atau finishing terhadap sejumlah infrastruktur pendukung agar memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disperindag Kukar, Sayid Fathullah, mengatakan, pembangunan pabrik pengolahan rumput laut ini merupakan salah satu program strategis pemerintah daerah dalam mendorong hilirisasi sektor perikanan dan kelautan.
Menurutnya, progres pembangunan berjalan baik dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
“Pekerjaan fisiknya sudah hampir selesai. Saat ini kami fokus pada tahap finishing, untuk dapat memenuhi standar SNI,” ujar Sayid Fathullah, Rabu (29/10/2025).
“Tahun ini akan kita selesaikan dalam pemenuhan SNI itu,” tegasnya.
Ia menambahkan, penerapan standar SNI sangat penting agar hasil produksi rumput laut dari pabrik ini memiliki kualitas yang kompetitif dan dapat dipasarkan secara lebih luas, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.
“Kami ingin memastikan bahwa produk yang dihasilkan dari pabrik ini tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga bisa bersaing di pasar ekspor,” jelasnya.
Dalam hal ini, Disperindag Kukar juga berkoordinasi dengan Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) serta sejumlah instansi teknis untuk melakukan pendampingan dalam proses sertifikasi dan pengujian kualitas.
Langkah ini dilakukan agar sejak awal operasional, pabrik sudah menerapkan sistem produksi sesuai standar industri nasional. Pembangunan pabrik rumput laut di Muara Badak merupakan bagian dari upaya Pemkab Kukar, dalam memperkuat rantai nilai industri perikanan.
Selama ini, hasil panen rumput laut masyarakat pesisir banyak dijual dalam bentuk mentah dengan harga yang fluktuatif, sehingga nilai tambahnya belum optimal.
“Dengan adanya pabrik ini, kita harapkan rumput laut dari petani bisa langsung diolah menjadi produk bernilai tambah seperti tepung, agar-agar, atau bahan baku kosmetik. Ini tentu akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat,” ungkap Sayid.
Disperindag Kukar juga terus berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan kelompok petani rumput laut setempat agar nantinya proses distribusi bahan baku dan hasil produksi dapat berjalan lancar.
Selain itu, akan dilakukan pelatihan teknis bagi masyarakat yang terlibat dalam rantai produksi. Ia menargetkan, jika seluruh infrastruktur pendukung selesai tepat waktu, maka pabrik rumput laut di Muara Badak akan dilakukan uji coba produksi kembali (commissioning) pada akhir tahun 2025.
“Kami optimis akhir tahun sudah bisa uji coba. Setelah itu, awal tahun 2026 pabrik diharapkan bisa beroperasi penuh dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” pungkasnya. (Adv/Kik)










